Ini adalah cara kami dalam menyemai benih pare (paria) agar cepat tumbuh. Langkah langkah tersebut secara ringkas bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Skarifikasi
Adalah meretakkan sedikit ujung kulit biji agar air dan udara dapat masuk ke dalam biji tersebut
Peretakan kulit biji Pare (Peria) perlu dilakukan karena benih/biji Pare (Peria) kulitnya kedap air dan keras, sehingga sulit ditembus oleh air. Namun harus hati-hati dalam melakukannya agar tidak merusak bagian dalam benih tersebut.
Alat yang digunakan untuk meretakkan ujung biji Pare (Peria) antara lain tang kecil atau gunting kuku. Ujung biji yang dimaksud adalah bagian yang lebih runcing dibandingkan ujung satunya.
Cara meretakkannya seperti berikut ini. Pegang biji Pare (Peria), kemudian bagian ujung yang lancip ditekan sedikit menggunakan tang kecil atau pemotong kuku sehingga ujung bijinya menjadi sedikit retak atau sedikit terbuka (regang).
Yang perlu diperhatikan saat menekan untuk meretakkannya jangan terlalu keras, cukup sampai terdengar bunyi "tik" sudah cukup, jika terlalu kuat dikawatirkan biji didalamnya menjadi retak atau terluka sehingga tidak dapat bertunas/berkecambah. Jadi yang dibutuhkan hanya sesedikit mungkin retak ujungnya agar air dan udara bisa masuk.
Rendam biji Pare (Peria) dengan air hangat selama 25 menit dengan tujuan untuk mematahkan masa dormansi benih (membangunkan benih sekaligus mempercepat berkecambah).
Air yang digunakan untuk merendam sebaiknya air kemasan atau air matang (air yang sudah direbus dan dapat diminum).
Setelah selesai direndam selama 25 menit, selanjutnya ambil biji/benih menggunakan saringan dan cuci dengan air bersih (air matang), lalu tiriskan/entaskan (biarkan di udara terbuka sampai kering sendiri, atau bisa juga diangin-anginkan (dihembuskan angin/kipas angin) agar cepat kering), setelah itu lakukan proses selanjutnya.
Catatan khusus: saat akhir merendam benih/biji Pare (Peria), ada biji yang mengapung dan ada yang tenggelam. Biji yang mengapung umumnya kecil peluangnya untuk mengeluarkan tunas (bukan berarti tidak bisa sama sekali). Oleh karena itu saat meniriskan biji/benih, pisahkan benih yang mengapung dan yang tenggelam.
Ingat, mengapung atau tenggelamnya biji jangan dilihat saat awal merendam, tetapi dilihat saat akhir merendam.
Jika persediaan benih/biji anda banyak, maka buang saja benih yang mengapung tersebut. Namun jika anda hanya memiliki sedikit benih, jangan dibuang, tetap saja lakukan proses selanjutnya, karena ada kemungkinan benih tersebut tetap dapat bertunas/berkecambah.
3. Germinasi benih Pare (Paria)
Germinasi benih atau perkecambahan benih adalah proses membuat agar benihnya mengeluarkan tunas (berkecambah).
Caranya: ambil wadah germinasi (tisu / kapas / kain / handuk kertas), kemudian lembabkan wadah germinasi tsb menggunakan air sprayer halus. Cukup lembab saja, jangan sampai ada air menggenang agar biji/benih tidak berjamur atau busuk.
Air untuk melembabkan tisu/kapas/kain/handuk kertas sebaiknya air kemasan atau air matang.
Ambil benih Pare (Peria) yang telah direndam dan ditiris, kemudian letakkan benih di atas wadah germinasi dengan jarak yang rapi, dan tutup dengan tisu / kapas / kain / handuk kertas lainnya yang sudah dilembabkan.
Selanjutnya masukkan tisu/kapas/kain/handuk kertas yang telah berisi biji Pare (Peria) ke dalam kantong plastik warna hitam dan tutup rapat kantong plastik tsb.
Jika menggunakan tisu, maka gunakan 2-3 tisu yang ditumpuk agar tidak terlalu tipis wadah germinasinya.
Kemudian letakkan kantong plastik di tempat gelap dan lembab yaitu tempat yang mendapat sinar matahari langsung namun terhindar dari guyuran hujan.
Periksalah setiap hari dan sesuaikan kondisinya bila dibutuhkan.
Jika tisu/kapas/kain/handuk kertasnya mengering, tambahkan satu atau dua tetes air.
Jika muncul jamur atau bintik-bintik hitam pada suatu benih, cabut benih tersebut dan bersihkan jika memungkinkan. Namun jika sulit dibersihkan, maka buanglah biji tersebut.
Jika ternyata seluruh biji di dalam terserang jamur, tambahkan sedikit fungisida.
Benih/biji Pare (Peria) akan mengeluarkan tunasnya (berkecambah) setelah 2 - 7 hari. Waktu yang dibutuhkan masing-masing benih Pare (Peria) untuk bertunas memang tidak seragam, karena bergantung dari kualitas masing-masing benih, serta lingkungan/kondisi di sekitar masing-masing benih tsb.
Jika benih/biji Pare (Peria) sudah mulai tumbuh calon akar (radikel) sepanjang 2 - 5 mm, maka segera pindahkan benih ke media semai.
Jika terlalu panjang, dikawatirkan calon akar akan patah, sehingga gagal menjadi calon bibit.
Tidak semua benih akan seragam keluar calon akarnya, sehingga benih yang sudah tumbuh calon akarnya (2 - 5 mm) harus segera dipindahkan ke media semai. Sedangkan benih yang belum muncul calon akarnya tetap biarkan dalam tisu/kapas/kain/handuk kertas tersebut.
4. Penyemaian
Persiapkan wadah semai (tempat untuk penyemaian) yang dapat berupa nampan, pot tray, polibag, pot, kaleng bekas, dsb.
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan wadah semai adalah bagian dasar wadah harus diberi lubang secukupnya untuk kelancaran sirkulasi air (agar kelebihan airnya keluar dari wadah tersebut, sehingga media semainya tidak becek atau kelebihan air).
Bisa juga bagian samping dari wadah tersebut diberi lubang untuk lebih memperlancar sirkulasi air.
Persiapkan media semainya yang dapat berupa campuran tanah, pasir atau sekam bakar, dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1 atau 2 : 1 : 1.
Di pasaran sudah banyak tersedia media tanam tunggal (sudah berupa campuran tanah dsb) yang bisa digunakan langsung untuk menyemai benih tersebut.
Sebelum menggunakan media tanam yang dibeli di pasaran, sebaiknya media tanam tersebut dibuka terlebih dulu selama 1 hari di tempat teduh / terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan. Tujuannya untuk mendinginkan hawa panas yang ada di dalam kemasannya, barulah kemudian media tanam tsb siap digunakan.
Yang terpenting, pada saat bibit/benih bertunas Pare (Peria) dimasukkan ke media semai, media semainya harus "gembur (tidak padat dan keras)", sehingga akar bibit/benih yang akan tumbuh nantinya leluasa menembus media semai tsb.
Sehari sebelum menebar benih Pare (Peria) yang telah bertunas, masukkan media tanam ke wadah semai (tray / pot / polibag). Selanjutnya basahi terlebih dulu media tanam, dan upayakan media tanam dalam kondisi gembur (tidak padat).
Kemudian masukkan benih bertunas ke media tanam dengan kedalaman 0,5 - 2,3 cm. Cara memasukkannya dengan membuat lubang kecil terlebih dulu sedalam 0,5 - 2,3 cm, selanjutnya benih bertunas diletakkan di dalam lubang tsb dengan posisi akar di bawah dan tunasnya di atas. Kemudian tutupi benihnya dengan media tanam (tanah) di sekitar benih bertunas tsb, dimana sebagian tunasnya harus muncul di permukaan tanah.
Jika sulit melepaskan benih bertunas dari tisu/kapas/kain/handuk kertasnya akibat akarnya melilit tisu/kapas/kain/handuk kertas, atau kawatir akarnya patah saat dilepaskan dari tisu/kapas/kain/handuk kertas. Maka sobek atau gunting saja tisu/kapas/kain/handuk kertas di sekitar benih yang bertunas, dan letakkan benih tsb di dalam lubang bersama tisu/kapas/kain/handuk kertasnya. Nanti tisu/kapas/kain/handuk kertas tsb akan hancur menjadi tanah.
Jika menggunakan tray khusus penyemaian, sebaiknya setiap kotak cukup diisi 1 benih/biji Pare (Peria).
Setelah itu, siram dengan semprotan air yang halus (sebaiknya menggunakan alat sprayer).
Letakkan wadah persemaian di tempat terang yaitu tempat yang terkena sinar matahari langsung namun terhindar dari guyuran hujan, misalkan di dekat jendela kaca, atau di teras rumah yang terlindung dari hujan langsung.
Lakukan perawatan persemaian yang meliputi penyiraman, penjarangan bibit, serta pencegahan hama dan penyakit.
Bibit di persemaian harus mendapatkan air yang cukup dan teratur untuk pertumbuhannya, sehingga persemaian perlu dijaga agar tidak kering dan tidak terlalu basah. Caranya disemprot dengan semprotan air yang halus (gunakan alat spray), dilakukan 1 - 2 kali sehari (pagi dan sore) tergantung kondisinya. Jika kondisi media tanamnya lembab, penyemprotan air cukup sekali sehari, bahkan cukup 2 hari sekali. Kelebihan penyiraman cenderung lebih berdampak negatif dibandingkan kekurangan penyiraman.
Jika tempat persemaian tidak menggunakan tray khusus, maka perhatikan bibit yang tumbuh, apakah terlalu rapat atau tidak. Jika terlalu rapat (nyaris menumpuk antar benih), maka lakukan penjarangan, yaitu pindahkan benih yang terlalu rapat ke tempat lain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penumpukan.
Penyakit yang sering menyerang bibit yang baru tumbuh adalah busuk daun dan busuk akar. Pencegahan dilakukan dengan cara menjaga persemaian tidak terlalu basah serta menyemprot dengan pestisida yang sesuai.
Pada umumnya, bila kelebihan penyiraman, maka daun akan mulai menguning dari bagian bawah. Seandainya terjadi demikian, maka segera hentikan penyiraman. Sebaliknya, bila kekurangan penyiraman, maka daun akan terlihat layu, kemudian mulai kering dan akhirnya rontok. Jadi ketika daun terlihat layu, berarti kurang penyiramannya, dan ketika daun menguning berarti kelebihan penyiraman.
Setelah bibit Pare (Peria) tumbuh cukup besar (memiliki 4 - 5 helai daun), maka bibit tersebut dipindahkan ke media tanam (tempat menanam yang dipersiapkan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar